h mau disini. ”

”Mau berduaan sama Jaka ya. ”

”Iyaaa. Tapi gara-gara ibu dateng jadi ada setannya. ” kata Gw.

”Ihh nih anak. ” kata Bu Nisa sambil melempar spidol ke arah Gw.

”Ett, gak kena. Hahaha. ”

*Pltakkk

Spidol yang kedua yang dilempar oleh Farhah tepat mengenai hidung Gw.

”Tuh, bu saya bantuin. Enak aja bilang lagi berduaan. ”

”Hahahaha. Rasain kamu, Jak. ”

”Duh, parah nih dikerjain dua cewek. ” kata Gw.

”Threesome dong. Hahahaha. ” kata Bu Nisa.

Gw dan Farhah bingung mendengar Bu Nisa tertawa. Dan juga bingung, apa itu arti threesome.

”Threesome itu apa, Bu? ” tanya Bu Farhah.

”Ada dehh. Suatu saat juga kamu bakal tau. Wkwkwk. ”

”Ayo, Bu Farhah. Kita pulang. ” ajak Gw.

”Ehh, kamu sama Bu Nisa aja. Aku naik ojol aja seperti biasa. ”

”Udahh, gapapa. Sekali-kali saya yang naik ojol. Kan rumah kalian yang berdekatan. Masa saya mulu yang bareng Jaka. ”

”Tapi jatahnya enggak berkurang kan, Bu? ” tanya Gw.

”Enggak atuh laa. Kan kamu tinggal minta sama Farhah. Hahaha. ”

Gw mulai berpikiran aneh. Tentang jatah yang dimaksud Bu Nisa. Mungkin yang dimaksud minta jatah ke Farhah adalah upah. Tapi bagaimana jika yang dimaksud Bu Nisa adalah jatah ngentot. Sejak kejadian sama Bu Nisa waktu itu, pikiran Gw selalu menjadi mesum. Ditambah kejadian dua sepongan dari Bu Nisa dan Bu Lena.

”Bu, gara-gara ngomongin jatah saya jadi pengen ngentot lagi nih. ”

”Yeh, kamu. Ada Farhah nih. Gimana. ”

”Di kamar Bang Sani aja yuk. ”

”Ayuk, deh. Tapi sebentar aja ya. ”

”Iya. Bu Nisa pura-pura ke kamar mandi gih. Nanti saya nyusul. ”

Karena kepengen, Gw minta Bu Nisa untuk merasakan ngentot lagi. Tapi karena ada Farhah, kami bingung untuk melakukannya.

”Aku mau pup dulu ya. Kalian jangan macam-macam berdua disini. ” kata Bu Nisa meninggalkan Ruang Guru.

”Ihh, enggak lah Bu. ” kata Farhah.

”Far, aku mau ngerokok dulu yah. ” kata Gw.

”Yaudah gih. ”

”Tapi jangan pulang dulu yaa. Jadi bareng kan? ”

”Hmmm, gimana yah? ”.

”Udah, bareng aja. ”

”Yaudah deh. ”

Lalu Gw menyusul Bu Nisa ke kamar Bang Sani. Dia sudah duduk di kasur masing dengan pakaian lengkap.

”Bang Sani nya mana, Bu? ”

”Tadi saya udah ngomong, pake aja katanya. ”

”Oke dehh. ”

Lalu Gw langsung membuka seluruh pakaian Gw, begitu juga Bu Nisa. Dia langsung telentang di atas kasur dengan membuka pahanya.

”Bu, kemaren Bu Nisa sama Bu Lena jilatin kontol saya. Kalo saya jilatin memek Bu Nisa itu bisa gak sih? ” tanya Gw yang masih polos ini.

”Hahahaha. Bisa atuh, Jak. Cobain aja. ”

Lalu Gw mulai mendekati memek Bu Nisa. Bulunya tipis, memeknya juga masih merah agak kehitaman. Lalu Gw belai dengan ibu jari Gw.

”Ini apa sih Bu. ” tanya Gw sambil membelai-belai sesuatu yang menonjol di atas memeknya.

”Itu namanya klitoris, atau itil. Itu tempat paling geli buat cewek. Sumber nikmatnya ada disitu. ”

Lalu Gw langsung menjilati klitoris Bu Nisa. Sambil sesekali Gw sedot.

”Ahhhh, Jaakkk. ” Bu Nisa menjambak Gw.

”Mpphhhh, Jakaa. Geliii tauuu. ”

Lalu Gw hisap seluruh memeknya. Gw masukkan lidah Gw ke dalam liang kenikmatannya. Tak diam, tangan Gw meremas toket indahnya itu.

”Jakk, ayuk langsung aja. Ada Farhah nungguin. ”

Gw langsung bangun, lalu mengarahkan kontol Gw ke memek Bu Nisa.

”Masukin ya, Bu. ” izin Gw.

Gw pun langsung memasukkan kontol Gw ke memek Bu Nisa.

*Blessss

”Ayo, Jak. Puasin saya. ” ucap Bu Nisa. Dia hanya bisa pasrah menerima sodokan kontol Gw yang bertubi-tubi.

”Bu Nisa udah pernah selingkuh belum sih sebelumnya?? ” tanya Gw sambil memompa memek Bu Nisa. Kasur reot itupun mengeluarkan bunyi yang cukup mengganggu.

”Ahh,, ahh belum Jak. Baru sama kamu,, aja ini Jak. ” jawabnya terputus-putus karena merasakan kenikmatan yang diberikan oleh kontol Gw.

”Bu, cepet aja ya. Saya udah mau keluar. ” ucap Gw.

”Iyaa, Jaakk. Keluarin ajaa. Saya juga mau keluar. Ahhhh. ”

*Crott crottt

Gw merubuhkan tubuh Gw di atas tubuh gempalnya Bu Nisa. Bu Nisa juga tampak senang, ia merangkul Gw sambil tersenyum.

”Anget banget peju kamu, Jak. ”

”Peju tuh apa, Bu? ”

”Ihh, kamu kayak anak kecil aja. Peju tuh sperma, air mani. ”

Kata Bu Nisa menjelaskan, dia masih merangkul Gw bagaikan seorang Ibu yang memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang.

”Kamu mau jadi anak saya atau suami saya, Jak? ” tanyanya.

”Bedanya apa, Bu? ”

”Enggak ada bedanya, dua-duanya juga bakal saya ngentotin kalo macemnya kayak kamu mah. Hehehehe. ”

Dasar Bu Nisa. Padahal dia adalah guru sekolah dasar yang lumayan disegani di lingkungannya. Image nya sebagai guru begitu terbalik disaat kami melakukan perbuatan seperti ini.

”Ehh ini dua guru mainnya asik amat. Kasur saya nanti rusak dah. ” kata Bang Sani dari luar pintu kamarnya.

Kami memang tidak menyadari bagaimana keadaan tempat kami bergumul tadi. Tanpa terasa ternyata benar bahwa kasur Bang Sani sudah agak miring akibat perbuatan kami.

Setelah kami mengenakan pakaian lengkap, kami membuka pintu kamar Bang Sani lalu meminta maaf kepadanya.

”Bang, maaf ya. Kasurnya jadi begini. ” ucap Gw.

”Ya atuh mau gimana lagi. Emang udah tua. ” kata Bang Sani pasrah.

”Tenang Bang. Nanti saya minta Bu Lena buat bagusin kamar Bang Sani. Asal bisa buat kami ngentot ya. Hehehe. ” ucap Bu Nisa.

”Yah, terserah deh. Saya mah ikut ajahh. ” jawabnya.

Kami berduapun kembali ke Ruang Guru untuk menemani Farhah. Mudah-mudahan saya dia tidak curiga dengan kami berdua yang kembali dengan bercucuran keringat dan baju yang berantakan.

”Pulang yuk, Far. Udah lega aku. ” ajak Bu Nisa ke Farhah.

”Ayukk. ”

”Jadinya kamu sama Jaka kan? ”

”Ehh, Bu Nisa gimana nanti? ”

”Sama seperti kamu kemarin-kemarin. Ojol, hahahaha. ”

”Yahh, ibu. Saya jadi enggak enak kan. ”

”Gapapa. Lagipula saya juga bosen sama Jaka. Dia mulu, dia mulu. ”

”Ehh, bosen? Oke kalo begitu. ” sambung Gw.

”Iyaa, kenapaa. ” balas Bu Nisa.

”Gapapa. Lumayan bisa berduaan sama Bu Farhah. Heheheh. ”

”Ehh, awas kamu yaa. ” sambung Farhah.

”Enggak, enggak. Bercandaa. ” ucap Gw.

”Yaudah, yuk. Saya udah dapet drivernya nih. ” kata Bu Nisa.

__–__

”Jaka, kamu harus baca!! ”

Tiba-tiba Bu Nisa mengirimkan history chatnya dengan Bu Lena. Tanpa membalas, Gw pun langsung membaca isi chat itu.

Bu Lena :

”Assalamualaikum, Bu Nis. ”

Bu Nisa :

”Waalaikum salam, Bu Len. Ada apa?? ”

Bu Lena :

”Soal yang waktu di villa itu. ”

Bu Nisa :

”Kenapa, Bu? Mau nyepong Jaka lagi? Hihihi. ”

Bu Lena :

”Ehh, kamu frontal banget dehh. ”

”Sebelumnya aku mau tanya dulu. ”

”Emang bener kamu pernah ngentot sama Jaka? ”

Bu Nisa :

”Iyaa, pernah. Keluar tiga kali akuu dibikinnya. ”

”Padahal itu pertama kali dia ngentot. ”

”Aku yang ambil perjakanya. Hehehe. ”

Bu Lena :

”Olaahh. Iri aku. ”

Bu Nisa :

”Pengen yahh? Hahahaha. ”

Bu Lena :

”Iyaahhh ”

”Suami aku udah enggak mau bantu aku lagi. ”

”Kalo kemarin-kemarin aku masih dikocokin kadang dimasukin dildo sama dia. Sekarang udah enggak mau lagi. ”

”Makanya aku main sama Bang Sani. ”

”Tapi tetep aja, kurang enak. ”

Bu Nisa :

”Hahahaha. Makanya main sama Jaka. ”

”Kalo kamu mau, aku izinin kok. Tapi ada syaratnya. ”

Bu Lena :

”Oalah pake izin-izinan. ”

”Apa tuh syaratnya? ”

Bu Nisa :

”Tanya sendiri deh sama Jaka. Hahaha. ”

Selesai membaca isi chat itu. Benar saja, Bu Lena langsung mengechat Gw.

Bu Lena :

”Jaka. ”

Jaka :

”Iya, Bu Lena? ”

”Ada apa? ”

Bu Lena :

”Kamu lagi dimana? ”

Jaka :

”Baru pulang nongkrong, Bu. ”

”Kenapa? ”

Bu Lena :

”Saya minta tolong nih. Boleh gak? ”

”Urgent banget. ”

Jaka :

”Dimana, Bu? ”

Bu Lena :

”Di rumah saya. ”

Jaka :

”Oke, Bu. Segera meluncur. ”

Akhirnya, apa mungkin kali ini Bu Lena bakal minta dientotin sama Gw? Mudah-mudahan aja. Baru keluar kelas, udah dipanggil untuk ngeluarin peju, hahahaha. Iya, itu yang dibilang Bu Nisa. Peju, artinya sperma.

”Assalamualaikum. ”

Gw ucapkan salam di depan gerbang rumah Bu Lena. Besar, tetapi bukan tipe rumah komplek. Hanya rumah yang paling besar yang berdiri disekitar perkampungan penduduk. Terdapat gerbang didepannya, tetapi tanpa satpam atau security. Ada garasi yang muat untuk dua mobil. Tetapi hanya ada satu mobil pick up sedang terparkir saat itu.

”Assalamualaikum. ” ucap Gw lagi.

”Dek, tekan belnya aja. Kalo dipanggil enggak bakal kedengaran. ” kata salah satu penduduk sekitar yang kebetulan sedang lewat.

Gw tidak menyadari ada yang sedikit tersembunyi disamping gerbangnya. Mungkin untuk menghindar dari kejahilan anak kecil yang suka memencet bel tanpa alasan.

”Ehh, Jakaa. Masuk Jak. ” Bu Lena keluar dari dalam rumahnya lengkap dengan gamisnya seperti ibu-ibu yang baru pulang dari pengajian.

”Duduk, Jak. Disini dulu yah. ”

”Iya, Bu. ”

Gw melihat sekeliling rumah Bu Lena. Lumayan luas, sepertinya terdapat 5 kamar. Tetapi modelnya tidak seperti rumah mewah orang kayak, walaupun bagus tetapi tetap sederhana.

Tidak ada pembantu, satpam, supir dll. Karena seperti yang pernah diceritakan Bu Lena. Keluarga dulu susah, jadi walaupun sudah jadi orang berada seperti saat ini, mereka tetap bisa mandiri.

”Jaka, sini Jak. ”

Gw menghampiri sumber suara itu. Bu Lena memanggil Gw dari kamarnya, sepertinya. Apa benar Bu Lena ingin merasakan kontol Gw?

”Iya, Bu. Ibu perlu bantuan apa? ”

”Sini, Jak. Duduk. ” kata Bu Lena menyuruh Gw duduk di pinggir tempat tidurnya.

”Aku mau nanya. Apa bener kamu pernah berhubungan suami istri sama Bu Nisa? ” tanya Bu Lena.

*Degg

Ini dia nih.

”I,, iyaa. Bu. ”

”Jadi, Jak. Saya mau minta bantuan ke kamu tuh, bisa gak kamu bikin aku **s sama kayak kamu **sin Bu Nisa. ”

”Hmm, insya Allah bisa, Bu. ”

”Jadi, kamu mau ngentot sama saya? ”

”Ya mau dong, Bu. ”

”Kalo gitu bukain gamis saya, Jak. ” Bu Lena membalikkan badan untuk Gw turunkan resleting gamisnya.

*srrrttttt

Bu Lena membuka gamisnya lalu menurunkannya hingga tinggal jilbab, BH dan CD nya. Dia menatap Gw lalu tersenyum, *mmuuachhhh, sebuah ciuman mendarat di bibir Gw.

”Kamu gemesin banget sih, Jaakkk. Kok enggak dari kemarin-kemarin saya minta ngentot sama kamu yah. ”

”Hmm, Bu. Ini orang rumah pada kemana. Nanti pada tau kita ngentot gak nih? ”

”Anak-anak saya lagi dibawa papahnya ke rumah neneknya. Aku udah izin mau ngentot sama Jaka. Hihihi. ”

”Lah, kok bu? ”

Bersambung

点击屏幕以使用高级工具 提示:您可以使用左右键盘键在章节之间浏览。

You'll Also Like